http://us1.harunyahya.com/Detail/T/724BBCSO189/productId/39655/MENGHINDARI_KESIA-SIAAN
  “Dan berikanlah haknya kepada kerabat  dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan  janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya  orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat  ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isrâ’,  (17):26-27)
  Kelalaian atas limpahan berkah yang diberikan  Allah menunjukkan kurangnya bersyukur padaNya. Seperti yang ditetapkan  dalam Qur’ân, mengingkari syukur adalah sifat setan; oleh karena itu,  mereka yang tidak bersyukur pada Allah dengan mengabaikan ketetapanNya,  menjadi “saudara iblis” atau pengikut setan.
  Sementara keberkahanssemestinyasecara  logisdapat meningkatkan rasa bersyukur seseorang kepada Allah, maka  menyia-nyiakannya menunjukkan sikap pengingkaran, sebuah sikap yang  mungkin akan mencabut rahmat dan berkah Allah pada seseorang di hari  akhirat.
  Surga adalah tempatnya kemuliaan yang dihiasi  oleh nikmat Allah yang sempurna dan tak terbatas. Akan tetapi, tak  mungkin bagi seseorang yang tetap tidak peka terhadap limpahan berkah di  dunia, dapat–dengan pantas–menghargai berkah Allah di surga dan  memujiNya.
  Agar layak mendapatkan surga, seseorang  pertama-tama harus menghargai apa yang telah Allah berikan padanya  ketika masih di dunia.
  Meskipun seseorang mungkin menghindari  pemborosan yang besar, tetapi ketidakpedulian, penyalahgunaan serta  lalai atau salah dalam menjaga perkara-perkara yang kecil, dianggap  sebagai bentuk pengingkaran syukur juga.
  Dalam Al-Qur’ân, Allah menginginkan  hamba-hambaNya memperoleh manfaat dari berkahNya menurut cara yang  terbaik, sekalipun mereka dapat menghindari kesia-siaan:
  “Wahai anak cucu Adam, pakailah  pakaianmu yang bagus setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah,  tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang  berlebihan.” (QS. Al-A`râaf,  (7):31)
Mar 11, 2011
 
 
 
 
0 comments:
Posting Komentar