SUMBER:  http://earlfhamfa.wordpress.com/2010/01/08/pembagian-hadits-dari-segi-kuantitas-dan-kualitas/
Berdasarkan kualitas hadits dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Hadits Sahih
Syarat hadits Sahih adalah
a. Diriwayatkan oleh perawi yang adil.
b. Kedhabitan perawinya sempurna.
c. Sanadnya bersambung
d. Tidak ada cacat atau illat.
e. Matannya tidak syaz atau janggal.
Hadits sahih menurut bahasa berarti hadits yng bersih dari cacat, hadits  yng benar berasal dari Rasulullah SAW. Batasan hadits sahih, yang  diberikan oleh ulama, antara lain :
Artinya :
“Hadits sahih adalah hadits yng susunan lafadnya tidak cacat dan  maknanya tidak menyalahi ayat (al-Quran), hdis mutawatir, atau ijimak  serta para rawinya adil dan dabit.”
2. Hadits Hasan
Syarat hadits hasan adalah:
a. Para perawinya adil.
b. Kedhabitan perawinya dibawah perawi hadits sahih.
c. Sanadnya bersambung.
d. Tidak mengandung kejanggalan pada matannya.
e. Tidak ada cacat atau illat.
Menurut bahasa, hasan berarti bagus atau baik. Menurut Imam Turmuzi  hasis hasan adalah :
Artinya :
“yang kami sebut hadits hasan dalam kitab kami adalah hadits yng  sannadnya baik menurut kami, yaitu setiap hadits yang diriwayatkan  melalui sanad di dalamnya tidak terdapat rawi yang dicurigai berdusta,  matan haditsnya, tidak janggal diriwayatkan melalui sanad yang lain pula  yang sederajat. Hadits yang demikian kami sebut hadits hasan.”
3. Hadits Daif
Hadits daif menurut bahasa berarti hadits yang lemah, yakni para ulama  memiliki dugaan yang lemah (keci atau rendah) tentang benarnya hadits  itu berasal dari Rasulullah SAW.
Para ulama memberi batasan bagi hadits daif :
Artinya :
“Hadits daif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits  sahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadits hasan.”
Jadi hadits daif itu bukan saja tidak memenuhi syarat-syarat hadits  sahih, melainkan juga tidak memenuhi syarat-syarat hadits hasan. Pada  hadits daif itu terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih besarnya dugaan  untuk menetapkan hadits tersebut bukan berasal dari Rasulullah SAW.
C. Pembagian Hadits Berdasarkan Bentuk dan Penisbahan Matan
a. Dari segi bentuk atau wujud matannya, hadits dapat dibagi lima macam;
1. Qauli :Hadits yang matannya berupa perkataan yang pernah diucapkan
2. Fi’li :Hadits yang matannya berupa perbuatan sebagai penjelasan  praktis terhadap peraturan syariat
3. Taqriri :Hadits yang matannya berupa tarir, sikap atau keadaan  mendiamkan, tidak mengadakan tanggapan atau menyetujui apa yang telah  dilakukan
4. Qawni :Hadits yang matannya berupa keadaan hal ihlwal dan sifat  tertentu
5. Hammi :Hadits yang matannya berupa rencana atau cita-cita yang belum  dikerjakan, sebetulnya berupa ucapan
b. Dari penyandaran terhadap matan, hadits dapat dibagi pada;
1. Marfu’: Hadits yang matannya dinisbahkan pada Nabi Muhammad, baik  berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir Nabi Muhammad
2. Mauquf:Hadits yang matannya dinisbahkan pada sahabat, baik berupa  perkataan, perbuatan, atau taqrir
3. Maqtu’:Hadits yang matannya dinisbahkan kepada tabiin, baik berupa  perkataan, perbuatan atau taqrir
4. Qudsi: Hadits yang matannya dinisbahkan pada nabi Muhammad dalam  lafad pada Allah dalam makna
5. Maudu’i:Hadits yang matannya dinisbahkan pada selain Allah, Nabi  Muhammad, sahabat dan tabiin. Ini bisa disebut fatwa
D. Pembagian Hadits Berdasarkan Persambungan dan Keadaan Sanad
Pembagian hadits berdasarkan sanad, yang ditinjau dari segi persambungan  sanad, dan dari segi sifat-sifat yang ada pada sanad dan secara  periwayatannya, dapat dikemukan di bawah ini. Hadits ditinjau dari segi  persambungan sanad terbagi pada jenis-jenis.
a. Hadits Muttasil; Hadits yang sanadnya bersambung sampai kepada Nabi  Muhammad SAW
b. Hadits Munfasil: Bila sanadnya tidak bersambung terdapat inqitaha’  (gugur rawi) dalam sanad, dan terbagi lagi kepada
1. Muallaq: Hadits yang gugur rawinya seorang atau lebih dari awal sanad  (mudawin)
2. Mursal: Hadits yang gugur rawi pertama atau ahir sanadnya
3. Munqathi’:Hadits yang gugur rawi di satu tabaqat atau gugur dua orang  pada dua ttabaqat dalam keadaan tidak berturut-turut
4. Mu’dhal: Hadits yang gugur rawi-rawinya dua orang atau lebih secara  berturut-turut dalam tabaqat sanad, baik sahabat bersama tabiin, tabiin  bersama tabin tabiin, namun dua orang sebelum sahabat dan tabiin
5. Mudallas: Hadits yang gugur guru seorang rawi karena untuk menutup  noda
Sebagai akhir pembahasan tulisan ini, penulis sajikan kesimpulan umum  sebagai berikut; Pertama, dalam perkembangan masa hadits dikelompakkan  sesuai kriteria masing-masing. Secara garis besar hadits dapat dibagi  dengan melihat sanad dan matan. Sehingga dapat dirumuskan, berdasarkan  diterima dan ditolaknya, jumlah rawi, bentuk dan penisbahan matan dan  berdasarkan persambungan dan keadaan sanad.
Kedua, munculnya fenomena penambahan, perbedaan redaksi, penukaran  urutan kalimat terdapat uncur positive dan lebih banyak negatifnya.  Positif bila dilihat dari penambah penjelas dari kalimat yang masih  perlu ditafsirkan. Negatifnya membuat keraguan sang pengkaji, disebabkan  berbagai hal, diantaranya kemungkinan sang perawi memang tidak dabit,  dan kemungkinan rawi menafsirkan secara obyektif, sehingga tidak sesuai  makna dan maksud sebenarnya.
Dengan munculnya fenomena diatas memiliki dampak yang sangat bahaya,  lantaran kadang-kadang berakibat menjadikan sesuatu yang bukan hadits  sebagai hadits, maka para ulama sangat keras menyoroti dan mengkajinya  dengan serius serta menanganinya dengan sangat hati-hati. Dan ahirnya  para pecinta hadits agar tergugah untuk lebih berhati-hati dalam  menelaah dan mengamalkan isi hadits sehingga dapat membedakan mana yang  termasuk bagian hadits dan yang bukan.
PembagianHaditst Berdasakan Kualitas :
1 Apr 2011
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
 
 
 
 
 
0 comments:
Posting Komentar